Plasmodiophomycota adalah filum parasit yang menyerang tanaman. Fils ini terdiri dari 12 genus dan 51 spesies yang membedakan pengaturan spora istirahatnya. Plasmodiophomycota telah dipelajari sebagai penyebab penyakit tanaman dan memiliki ciri biologis mirip dengan Chytridiomycota walaupun berbeda secara taksonomi.
4. Kelas Protosteliomycetes
Terdiri dari 14 genus dan 35 spesies.
Menghasilkan Amoeba dengan filose
pseudopodia, feeding fagosit pada bakteri,
sel ragi atau spora jamur.
Sporulasi terjadi oleh konversi amoeba atau
plasmodium menjadi sel prespore bundar
yang kemudian naik di ujung tangkai asel
halus, akhirnya membentuk satu atau
beberapa spora dalam sporangium tunggal.
4
5. Protostelium sp.
• Protostelium adalah anggota khas
kelompok (Gambar 2.5).
• Sporocarp terdiri dari tangkai panjang
dan ramping sekitar 75mm panjang,
membawa spora tunggal bulat sekitar 4
10mm dengan diameter.
• Spora itu gugur dan mudah terlepas.
• Setelah perkecambahan, amoeba
uninukleat tunggal dengan pseudopodia
tipis muncul.
• Tahapan amoeboid memberi makan
lahap pada sel ragi dan mungkin juga
memberi makan secara kanibal pada
amuba dari spesies yang sama.
5
6. Perkembangan Sporocarp
6
Saat memberi makan berhenti, amoeba membelah dan menumpuk
protoplasmanya di pusat untuk membentuk tahap 'berbentuk topi'
(Gambar 2.6b).
Selubung membran, lentur, kedap air berkembang di atas permukaan
sel.
Ketika protoplas berkontraksi ke punuk pusat, selubung tersebut
runtuh di tepi, membentuk dasar seperti cakram ke tangkai sporokarp.
Saat tabung memanjang di ujungnya, protoplas bermigrasi ke atas,
selalu duduk di atas ujung yang tumbuh.
steliogen tertinggal di ujung tangkai untuk membentuk apophysis
(Gambar 2.5a), dan protoplas mengeluarkan dinding sel dan menjadi
spora.
7. 7
Banyak spora terbentuk
secara eksternal pada
sporokarp (Gambar 2.7a, b)
merupakan produk dari
meiosis.
Mereka berkecambah untuk
melepaskan protoplas
quadrinukleat tunggal
(Gambar 2.7c) yang
membagi berulang-ulang
untuk menghasilkan empat
dan delapan sel haploid,
tahap oktet (Gambar 2.7f,
g).
Ceratiomyxa fruticulosa
8. 8
Masing-masing sel ini melepaskan sel
motil (swarmer) yang memiliki satu
atau dua flagella tipe-whiplash
(Gambar 2.7h).
Para swarmer akhirnya bergabung
membentuk zigot diploid yang
memulai tahap plasmodial (Gambar
2.7i, j)
Ceratiomyxa fruticulosa menunjukkan
fitur dari Protosteliomycetes dan
Myxomycetes dalam memproduksi
spora secara eksternal (lihat materi
selanjutnya) memiliki tahapan yang
baik di siklus hidupnya. Posisi
filogenetiknya yang tepat masih harus
ditentukan. Spesies ini mungkin
homothallic.
10. Mycomycetes
• Myxo yang artinya lendir dan mykes
artinya cendawan
• Terdiri dari 800 spesies dalam 62
genus dibagi menjadi 5 ordo
• Habitat: kayu yang lembap,
membusuk, substrat organik lainnya
• Fase Vegetatif: Plasmodial
• Plasmodia dibedakan menjadi tiga
kategori: Protoplasmodia,
Aphanoplasmodia, Phaneroplasmodia
10
12. Aphanoplasmodia
• Tumbuh memanjang
dan bercabang
• Membentuk Jaringan
tipis seperti benang,
dan transparan
• Jaringan transparan
berukuran 5-10mm,
lebar seluruh
plasmodium sekitar
100-200mm
• Misalnya: genus
Stemonitis
12
13. Phaneroplasmodia
• Jaringan mencolok
seperti pembuluh
darah
• Membentuk benang-
benang dan berbentuk
lembaran lebar
• Hidup dalam kayu
yang membusuk
• Misalnya pada genus
Physarum
13
15. Siklus Hidup
✢ Terdiri dari dua fase hidup: Fase
Plasmodium dan Fase Sporulasi
(Generativ)
✢ Siklus hidup dipengarui oleh faktor
lingkungan dan kimia. Faktor
lingkungan seperti ketersediaan
makanan dan iklim. Sedangkan faktor
Kimia yakni Ca2+
15
17. 17
Bentuk Germinasi
1. Spora Berkecambah yang
melepaskan Myxamoeba
2. Sel swarmer dengan
uniflagel dan biflagelata
3. Mycamoeba
4. Fusi antara mycamoeba
20. 20
Liceales
✢ Umumnya hidup pada
kulit kayu mati.
✢ Mayoritas menghasilkan
phanero-plasmodium,
namun spesies berukuran
kecil menghasilkan
protoplasmodium
✢ Ex: Lycogala, Reticularia
Ordo Myxomycetes
21. Ordo Myxomycetes
Trichiales
✢ Plasmodium yang tumbuh
merupakan fase antara
aphanoplasmodium dan phanero-
plasmodium.
✢ Mempunyai capillitium.
✢ Pelepasan spora terjadi saat
peridium pecah.
✢ Ex: Arcyria, Trichia, Hemitrichia
21
22. Ordo Myxomycetes
Physarales
✢ Memproduksi plasmodium
terbesar.
✢ Dalam plasmodium terdapat
pembagian ribuan nukleus.
✢ Memiliki phanero-plasmodium
yang memproduksi beberapa
spora saat matang.
✢ Ex: Physarum polycephalum,
Fuligo septica
22
26. 26
Physarium polycephalum digunakan dalam aspek biologi sel karena
aliran sitoplasma yang mengalir dari pembuluh phanero-
plasmodiumnya. Hal ini disebabkan oleh interaksi aktin-miosin yang
dikontrol oleh Ca2+. Apabila pada hewan gerak kontraksi otot
membutuhkan Ca2+ yang tinggi, maka pada P. polycephalum
membutuhkan konsentrasi Ca2+ yang rendah untuk kontraksi.
Peristiwa tersebut telah dibuktikan dalam kepenulisan Nakamura
dan Kohama (1999) tentang sistem aktin-myosin P. polycephalum.
Pembelahan mitosis yang dialami oleh P. polycephalum terjadi
dengan sinkron, sehingga menjadi salah satu contoh organisme
dalam mengetahui terjadinya siklus sel.
27. 27
Hal menarik lainnya dari P. polycephalum yaitu plasmodiumnya
dapat dikoordinasikan untuk menemukan jalan terpendek dalam
menemukan sumber nutrisinya. Jika satu plasmodium bertemu
dengan plasmodium lain dengan satu strain yang sejenis, maka
akan terjadi fusi dan pembuluhnya menyatu, sedangkan jika
berbeda strain maka tidak akan mampu terjalin reaksi yang
kompatibel. Hal ini kemudian dibuktikan pada manusia, seperti
kasus transplantasi jantung misalnya.
29. Plasmodiophomycota
Sekelompok parasit obligat yang
sering menyerang tanaman
seperti penyebab penyakit
clubroot bassicas oleh
Plasmodiphora brassicae serta
vektor penyebaran virus pada
tanaman.
Beberapa spesies menginfeksi
akar dan tunas tanaman
terutama tanaman air seperti
ganggang dan diatom. Filum ini
bersifat Monofiletik.
29
30. Lanjutan...
Filum ini terdiri dari 12
genus dan 51 spesies.
Pengelompokan genus
didasarkan pada
pengaturan spora istirahat
pada sel inang. Seperti
pada Polymyxa, didalam
sorus terdapat banyak
spora istirahat.
30
31. 31
Plasmodiophoromycota telah dipelajari oleh ahli kanker dan ahli
patologi tanaman secara tradisional. Secara umum, filum ini
memiliki ciri biologis dan epidemiologi yang mirip dengan
Chytridiomycota terutama Olpidium. Namun saat ini telah jelas
bahwa Plasmodiophoromycota berbeda dengan Oomycota,
Straminipila, ataupun jamur sejati lainnya dari analisis urutan DNA
dan kriteria lain. Namun banyak yang mempercayai jika Ordo
Haptoglossales lebih mirip dengan Oomycota dibandingkan dengan
Protozoa meskipun hingga saat ini belum ada data molekuler yang
mendukung. Ordo Haptoglossales dianggap termasuk dalam
Plasmodiophoromycota karena memiliki karakteristik yang sama
dalam infeksi biologisnya sehingga Haptoglossales dimasukkan
dalam bab ini.
Pertimbangan Taksonomi